Taman Nasional Manusela merupakan kawasan konservasi yang ditetapkan
dengan Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1982 tanggal 14
Oktober 1982 dengan luas 189.000 Ha, SK. Menhut No. 281/Kpts-VI/1997 tanggal 23
Mei 1997 dan merupakan taman nasional tipe C sesuai SK. Menhut No.
6186/Kpts-IV/2002 tanggal 10 Juni 2002. Pada tanggal 1 Pebruari 2007 statusnya
menjadi taman nasional tipe B berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.
P.03/Menhut-II/2007. Kawasan ini merupakan gabungan dari 2 cagar alam yaitu
Cagar Alam Wae Nua dan Cagar Alam Wae Mual dan ditambah dengan perluasan
wilayah Cagar Alam Wae Nua dan Cagar Alam Wae Mual. Taman Nasional Manusela
(TNM) secara geografis terletak antara 129o9'3"- 129o46'14"BT dan 2o48'24"- 3o18'24"LS. Secara
administratif kawasan TNM termasuk di wilayah Kecamatan Seram Utara yang
berkedudukan di Wahai dan Kecamatan Seram Selatan di Tehoru, Kabupaten Maluku
Tengah, Propinsi Maluku.
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmid dan Ferguson kawasan
Taman Nasional Manusela termasuk dalam daerah dengan tipe iklim A dengan nilai
Q 27,9 . Rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 1500-2500 mm dengan
temperatur udara 25-35ÂșC dengan kelembaban udara rata-rata 82,90 - 93,50%.
Kawasan TNM berbatasan dengan :
Sebelah utara, berbatasan dengan garis pantai sebelah barat Desa Pasahari,
Tanjung Mual sampai Labuhan menuju ke selatan Desa Soka menyusuri anak sungai
Wai Teluarang menuju Desa Roho, Sawai dan mengikuti garis pantai ke arah barat
menuju Desa Saleman.
Sebelah Timur, membentang mulai dari Desa Lairuku di Kawasan Seram
Selatan ke utara menuju Desa Manusela, Maraina, Kanikeh kembali ke arah timur
menuju Desa Hatuolo menyusuri sungai Wae Isal sampai ke Desa Pasahari.
Sebelah selatan, berbatasan dengan Desa Laimu, Manoaratu, Tehoru,
Mosso, Yaputih sampai ke Desa Saunulu.
Sebelah barat, berbatasan dengan Desa Saunulu dan Tanjung Mual di
sebelah selatan terus ke arah barat laut menyusuri Wae Kawa sampai Desa
Saleman.
Taman Nasional Manusela secara ekologis memiliki tujuh tipe vegetasi,
yaitu berturut-turut dari pantai ke puncak gunung Binaya adalah sebagai
berikut:
Hutan mangrove (mangrove formation)
Vegetasi mangrove merupakan jalur sempit, letaknya tepat di belakang
pantai berpasir yang agak tinggi di sepanjang pantai utara. Perkembangan
terbaik terdapat di sepanjang Tanjung Mual dan Muara Wai Isal.
Jenis tumbuhan dominan antara lain Tancang (Sonneratia alba),
Bakau-bakauan (Rhyzopora acuminata, Rhyzopora mucronata), Bruguiera sexangula,
Api-api ( Avicenia sp) dan Nipah (Nypa fructicans).
Vegetasi pantai ( beach
formation)
Vegetasi di Taman Nasional Manusela berkembang dengan baik di
sepanjang pantai utara yang berpasir. Di daerah pesisir bagian selatan
(walaupun di luar kawasan) sudah jarang ditemukan vegetasi pantai alami.
Jenis-jenis tumbuhan yang dominan adalah Ipomea pescaprea, Svinivax litoralis,
Terminalia cattapa, Pandanus sp, Casuarina equisetifolia .
Hutan rawa dataran rendah (lowland swamp forest)
Formasi ini merupakan kelompok-kelompok kecil yang perkembangannya
kurang baik, letaknya di belakang hutan mangrove di pantai Utara. Jenis-jenis
tumbuhan yang dominan adalah Nauclea sp, Ficus nodosa, Baringtonia racemosa,
Eugenia sp, Callophyllum soulatri, Callophyllum inophyllum, Alstonia scholaris,
Anthocephalus cadamba. Daerah ini, khususnya di sekitar Wai Isal dan Wai Mual.
Pada musim kemarau yang berkepanjangan daerah ini sangat rawan kebakaran.
Vegetasi tebing sungai (riverbank vegetation)
Tipe vegetasi ini perkembangannya sangat baik di sepanjang
sungai-sungai utama: Wai Mual dan lembah Wai Kawa. Jenis-jenis yang ditemukan
di daerah ini antara lain: benuang ( Octomeles sumatrana), Ficus sp, Litsea sp,
Eugenia spp, Diospyros sp, Vitex gofasus dan Alstonia spectabilis.
Hutan hujan dataran rendah (lowland rain forest)
Tipe vegetasi ini menutupi sebagian besar dataran rendah Wai Mual dan
lembah wai Kawa di bagian utara sampai dengan ketinggian 500 meter dpl.
Jenis-jenis penyusunnya antara lain meranti (Shorea seilanica, Shorea
montigena), kayu kapur (Hopea spp), kayu raja (Koompassia malaccensis), kenari
(Canarium spp), bintanggur (Callophyllum inophyllum), merbau (Intsia bijuga),
pala hutan (Myristica succdaea, Myristica aromatea), dan Podocarpus spp.
Hutan hujan pegunungan (mountain rain forest)
Tipe vegetasi ini dijumpai di seluruh pegunungan Murkele, dan gunung
Kobipoto, pada ketinggian antara 500 - 1.500 mdpl. Jenis-jenis yang ditemukan
adalah Agathis alba, Agathis phillipinensis, Casuarina montana, Duabanga
moluccana, Diospyros sp, Pterocarpus blumeii.
Hutan hujan pegunungan juga kaya akan jenis-jenis rotan dan liana, tetapi
secara umum dapat dikatakan hutannya dengan tumbuhan bawahnya yang jarang. Pada
tempat yang lebih tinggi tumbuhan bawahnya bertambah dengan perdu dari jenis
Impatens sp, Dianella sp, Brumania sp, Dacrydium sp, Phyllocladus sp, dan
Podocarpus sp
Hutan lumut (alpine/moss forest)
Hutan lumut terletak di atas ketinggian 1.500 meter dpl, dan ditandai
dengan pohon-pohonnya yang berukuran kecil dengan berbagai bentuk yang tertutup
dengan lumut dan paku-pakuan yang biasanya tumbuh di atas tanah atau sebagai
epifit. Tumbuhan utama antara lain Rhododendron sp dan Angiostris sp.
Potensi Flora
Kekayaan flora yang dimiliki TNM berupa 187 jenis/genus dari 55 famili
diantaranya 97 jenis anggrek dan 598 jenis paku-pakuan (pakis), dimana terdapat
jenis endemik paku binaya (Cyathea binayana).
Jenis vegetasi yang ada di TNM mPapua. Jenis flora zona Australia yang
terdapat dalam kawasan ini antara lain Eucalyptus spp., sedangkan jenis flora
khas Asia meliputi Shorea selanica (Dipterocarpacea) yaitu jenis meranti yang pertumbuhannya
paling timur Indonesia, nyamplung (Calophyllum inophyllum), langsat hutan
(Aglaia argentea), durian (Durio spp.) dan lain-lain.
Jenis-jenis vegetasi yang ada di TNM terdiri merupakan keturunan flora
Asia/Sulawesi yang mempunyai beberapa unsur Australia-dari hutan mangrove dan
hutan pantai (0-5 m dpl), hutan dataran rendah (5-100 m dpl), hutan hujan
primer dataran rendah (100-500 m dpl), hutan hujan primer pegunungan (500-2.500
m dpl), lumut (2.500-2.600 m dpl).
Vegetasi hutan mangrove ditandai oleh jenis pedada (Sonneratia alba),
bakau (Rhizophora apiculata), bidu (Bruguiera sexangula), api-api (Avicennia
officianalis) dan nipah (Nypa fruticans). Vegetasi ini letaknya tepat di
belakang pantai berpasir yang agak tinggi dan merupakan jalur sempit.
Perkembangan terbaiknya berada di sekitar tanjung Wae Mual dan sungai Wae Isal.
Dibelakang jalur mangrove pada rawa dataran rendah terdapat jenis-jenis butun
darat (Barringtonia recemosa), beringin (Ficus nodosa) dan pulai (Alstonia
scholaris).
Perkembangan terbaik vegetasi hutan pantai di sepanjang pantai bagian
utara dengan jenis-jenis yang mendominir antara lain tapak kuda/katang-katang
(Ipomoea pescaprae), rumput jara-jara (Spinifex littoralis), ketapang
(Terminalia catappa), pandan (Pandanus sp.), dan cemara laut (Casuariana
equisetifolia).
Potensi Fauna
Pulau Seram hanya memiliki delapan jenis mamalia terestrial yang asli
Seram terdiri dari tiga jenis Marsupial, yaitu bandicoot/mapea (Rhyncomeles
prattorum), Kusu/Kuskus (Spilocuscus maculatus dan Phalanger orientalis) dan
lima jenis Rodensia, yaitu Melomys aerosus, Melomys fulgens, Melomys
fraterculus, Rattus ceramicus dan Rattus feliceus.
Di Taman Nasional Manusela dapat dijumpai jenis mamalia yang lebih
besar seperti Rusa (Cervus timorensis), babi hutan (Sus scrofa dan S.
Celebebsis), anjing liar (Canis familiar), kucing liar (Felis catus) dan musang
(Paradoxurus hermaphroditus, Vivera tangulunga).
Ada 26 jenis kelelawar di kawasan Taman Nasional Manusela antara lain
Rousettus amplixicaudus, Pteropus melaopogon, Pteropus ocularis dan
Macroglossus minimus (Macdenald et al., 1993).
Penelitian tentang burung di pulau Seram sudah dimulai sejak abad 17.
Bowler dan Taylor (1993) menguraikan dengan jelas perkembangan penelitian
tersebut. Pada saat ini kekayaan jenis burung Seram sudah diketahui sebanyak
196 species burung, 124 spesies diantaranya merupakan jenis menetap sedangkan
72 spesies adalah jenis burung migran. Sebanyak 13 jenis diantaranya merupakan
jenis endemik Seram.
Birdlife International Indonesia Programme telah menetapkan Daerah
Burung Endemik (DBE) Seram yang mencakup pulau Seram dan pulau-pulau kecil di
sekitarnya (Ambon, Saparua, Boano, dan Haruku). 30 Jenis merupakan burung
dengan sebaran terbatas, yakni burung yang penyebaran berbiaknya kurang dari
50.000 km², 14 diantaranya endemik (Sujatnika et al., 1995). Jenis burung
sebaran terbatas di pulau Seram ada 28 jenis, dimana 8 jenis diantaranya adalah
jenis burung endemik. Kasturi tengkuk ungu (Lorius domicella) dan Kakatua
Maluku (Cacatua moluccensis) kondisinya sekarang terancam punah, karena adanya
penangkapan untuk diperdagangkan (Shannaz et al., 1995). selain dua jenis di
atas, terdapat jenis burung endemik lain seperti Diacrum vulneratum, raja udang
(Halycon lazuli, H.sancta dan Alcedo atthis), Nuri Raja/Nuri Ambon (Alisterus
amboinensis), Nuri Kepala Hitam (Lorius domicella), burung madu besar (Philemon
subcorniculatus), serta Kasuari (Casuarius casuarius) .
Studi tentang reptilia di pulau Seram masih jarang. Penelitian yang dilakukan
pada Ekspedisi Operation Raleigh di kawasan Taman Nasional Manusela menemukan
46 jenis reptilia, terdiri dari kura-kura air tawar (1 jenis), penyu laut (4
jenis), buaya (1 jenis), kadal (24 jenis) dan ular (17 jenis) (Edgar dan
Lilley, 1993).
Tingkat endemisme reptil di pulau Seram termasuk rendah, hanya satu
jenis kadal endemik Seram, yaitu Dibamus seramensis. Terdapat pula Soa-soa
(Hydrosaurus amboinensis), Dua jenis ular Calamaria ceramensis dan Thyphlops
kraai walaupun sedikit ditemukan juga di pulau-pulau sekitarnya. Buaya
(Crocodylus porousus) sering dijumpai di sungai Wae Toluarang dan Wae Mual.
Dalam kawasan Taman Nasional Manusela terdapat 8 jenis amphibia yang
tergolong dalam famili Ranidae, Hylidae dan Microhylidae. Jenis-jenis yang termasuk
dalam famili :
Ranidae adalah Platymantis papuensis, Rana modesta dan Rana grisea
ceramensis
Hylidae adalah Litoria vagabunda, Litoria sp. (Bicolor group), Litoria
amboinesis, Litoria infrafenate
Microhylidae adalah Phrynomantis fusca
Jenis kupu-kupu yang terdapat dalam Taman Nasional Manusela
diperkirakan sebanyak 90 jenis (FAO, 1981), antara lain famili :
Papilionidae yaitu Ornithoptera priamus, Ornithoptera goliathorocus,
Papilio ulysses, Papilio fuscusfuscus, Grafthium stresemani.
Pieridae yaitu Si cantik Delias manuselensis, Delias sp., Hebomoia
leucippe leucippe, Valeria jobaea eisa, Enaema candida candida.
Danidae yaitu Idea idea, Danaus chovsippus, Danaus hanata nigra,
Eupolea ciimena melina, Eupolea sp.
Ada beberapa jenis kupu-kupu endemik Seram yaitu Epimastidia
staudingeri dan Hypochrysops dolechallii
Potensi biota perairan baik di sungai maupun di air laut belum
dilakukan penelitian secara mendetail, walaupun secara umum dapat dikatakan
bahwa di sepanjang pantai utara antara Sasarata sampai dengan Pasahari maupun
di Tanjung Sawai memiliki potensi yang sangat baik.
Dengan demikian maka perlu ditargetkan adanya suatu penelitian terpadu
mengenai potensi perairan, sehingga dapat dilakukan suatu kajian secara
lengkap.
Kondisi Topografi
Kawasan Taman Nasional Manusela yang mencakup 20% dari keseluruhan
luas pulau Seram, keadaan topografinya sebagian besar bergelombang dan lahannya
merupakan pegunungan kapur. Topografi yang ada ini mulai dari dataran(dataran
Mual) di bagian utara, bergelombang sedang- berbukit sampai bergunung-gunung
dengan ketinggian 0 - 3027 meter di atas permukaan laut.
Kemiringan berkisar antara 30 - 60 % mulai dari gunung Markele sampai
gunung Binaya yang merupakan puncak tertinggi. Sebagian besar kawasan ini
memiliki kelerengan yang sangat terjal dengan lembah-lembah yang dalam. Bagian
yang relatif landai terletak di bagian utara sekitar Wahai dan Sasarata serta
bagian selatan di daerah Hatumete, Hatu dan Woke.
Berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut, kawasan Taman
Nasional Manusela dapat dibedakan menjadi empat kategori, yaitu:
a. Dataran rendah di bawah ketinggian 500 meter dpl
b. Dataran tinggi antara 500 - 1500 meter dpl
c. Daerah pegunungan dengan ketinggian antara 1500-2500 meter dpl
d. Zona sub alpin dengan ketinggian antara 2500 - 3027 meter dpl
Potensi objek wisata
TNM dikenal sebagai objek wisata alam dengan daya tarik tersendiri
dengan pemandangan alam yang indah dan menarik serta topografi berbukit-bukit
di antaranya tepi Markele, lembah Manusela, tepi Kobipoto, dataran Mual sebelah
utara dan lembah Wae Kawa di sebelah selatan. Atraksi yang bisa dinikmati
adalah menjelajah hutan, panjat tebing, pengamatan satwa/tumbuhan.
Kawasan TNM banyak memiliki keunikan dan kekhasan, seperti lembah
Manusela dengan pemandangan alamnya yang menarik dan keadaan iklimnya yang
segar dan menyenangkan, lembah Piliana yang kaya akan jenis kupu-kupu, Sawai
dengan aneka karang lautnya yang indah sangat cocok untuk kegiatan snorkeling
dan diving disamping itu di daerah Sawai dan sekitarnya juga dapat dinikmati
pemandangan tebing sawai yang indah atau wisata tirta yang dapat dinikmati
dengan menggunakan fasilitas kapal cepat dan longboat milik Balai TN. Manusela.
Pusat informasi TN. Manusela juga terdapat di Negeri Sawai tepatnya di sekitar
Dusun Masihulan. Pengelolaan wisata alam di Sawai dan sekitarnya melibatkan
multipihak seperti LSM (Yayasan Wallacea yang mengelola PRS Masihulan),
Pemerintahan Negeri Sawai sebagai perwakilan Pemerintahan Daerah Maluku dan
pihak masyarakat atau pengusaha yang berperan aktif dalam mengembangkan
kegiatan wisata alam di daerah Sawai dan sekitarnya , air panas di Tehoru serta
kegiatan safari rusa di padang Pasahari.
Di kawasan TNM banyak ditemukan bunga anggrek, bunga bangkai
(Rafflesia sp.), hutan yang khas dan indah, vegetasi alpin dan pakis endemik
yang sangat disukai rusa karena merupakan pakan rusa yang enak. Selain itu, TNM
dapat dimanfaatkan sebagai sarana/tempat penelitian lapangan karena
keanekaragaman flora dan fauna langka dan endemik, penelitian farmasi (jenis
tanaman obat-obatan) serta penelitian jenis tanaman yang merupakan makanan
alternatif bagi masyarakat.
Selain itu, di luar kawasan TNM pada daerah penyangga pada beberapa
objek wisata seperti penginapan terapung di Teluk Sawai, budi daya mutiara,
sumber air panas (Geiser) di Tehoru, jembatan tali dan menara pengintai secara
alam dan tali-temali hutan di Piliana dan Masihulan, serta wisata budaya berupa
adat istiadat kebudayaan dan upacara suku asli Pulau Seram di sekitar TNM.
Musim kunjungan terbaik adalah bulan Mei s.d Oktober setiap tahunnya.
Aksesibilitas:
Lokasi TNM dapat dicapai melalui Wahai dan Saleman dari arah pantai
utara atau melalui Tehoru. Alternatif-alternatif rute perjalanan menuju TNM
dapat diuraikan sebagai berikut:
Dari Ambon ke Saleman-Wahai dapat ditempuh dengan
menggunakan kapal motor yang memakan waktu 24 jam. Kapal motor ini memiliki
jadwal perjalanan 3 kali seminggu. Perjalanan dari Wahai ke lokasi taman
nasional dapat ditempuh dengan jalan kaki.
Lewat pantai selatan, TNM ditempuh melalui kota
Ambon ke Tehoru-Saunulu-Mosso dengan kapal motor yang memakan waktu 9 jam.
Jadwal kapal motor berjalan adalah 4 kali dalam seminggu. Perjalanan
selanjutnya ke lokasi taman nasional hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki.
Perjalanan lewat darat dapat dilakukan dari Ambon
ke Tulehu dengan waktu tempuh 45 menit. Selanjutnya dari Tulehu ke Amahai dapat
dicapai dengan long boat cepat yang memerlukan waktu 1 jam 45 menit. Perjalanan
dari Amahai ke Tehoru dilakukan lewat jalan darat selama 3 jam selanjutnya
diteruskan dengan speed boat ke Saunulu/Mosso selam 30-60 menit. Pengunjung
dapat pula memilih rute perjalanan darat menuju taman nasional bagian utara.
Rute ini ditempuh dari Amahai ke Saleman melewati Masohi yang membutuhkan waktu
3 jam dilanjutkan dengan speed boat menuju Wahai yang memakan waktu 2 jam.
Perjalanan memasuki TNM dari Saunulu/Mosso
dilakukan dengan jalan kaki melalui jalan setapak dan mendaki tebing-tebing
pegunungan sehingga pemandu dan pembawa barang sangat diperlukan.
Dari sisi utara, kawasan TNM dapat ditempuh melalui
jalan trans-Seram dari Wahai ke Sasarata. Rute ini dapat dilalui roda empat.
Selanjutnya dari Sasarata menuju kawasan taman nasional bagian tengah/selatan
dapat ditempuh dengan jalan kaki menuju jalan setapak yang menghubungkan
Kaloa-Hatuolo Maraina, dan Manusela. Perjalanan ini memerlukan waktu kurang
lebih 2 hari.
Apabila pengunjung membawa kendaraan roda empat,
perjalanan dilakukan dari Ambon ke Liang dengan waktu tempuh ± 1,5 jam.
Selanjutnya d`ri Liang ke Kairatu ditempuh selama ± 2 jam dengan menggunakan
ferry. Dari Kairatu ke Saka ditempuh dengan jalan darat selama ± 3,5 jam.
Rute terbaru untuk menuju Taman Nasional bagian
utara yaitu dari Ambon bisa langsung menggunakan pesawat Merpati jenis twin
otter Menuju ke Wahai, dari Wahai ke Sasarata dan selanjutnya perjalanan
dilakukan dengan jalan kaki menuju kawasan.
Informasi dan Perijinan :
Balai Taman Nasional Manusela
Jalan Kelang no 1 kotak pos 09 Masohi 97511 Maluku Tengah
Telpon /fax (0914) 22164