Halaman

Blog ini dibuat untuk kepentingan tugas perkuliahan Relasi Publik Maya, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra

Jumat, 04 Mei 2012

Desa Kanikeh



Desa Kenikeh terletak di Pulau Seram yang berada di bawah kaki gunung Binaiya, desa ini merupakan desa terakhir tempat persinggahan jika ingin mendaki ke gunung binaiya, di desa ini dapat dilihat gunung bianaiya dengan jelas serta pemandangan yang memanjakan mata dengan struktur topografi desa yang sangat indah serta pekarangan rumah-rumah yang ditumbuhi rumput hias beserta dengan aliran sungai yang mengalir jernih. Bentuk rumah yang sangat sederhana namum memiliki keunikan tersendiri serta terdapat beragam nilai di dalamnya. Ditambah dengan keramah tamahan masyarakat kenikeh yang membuat keakraban dapat terjalin dengan baik
 Sebelum mendaki gunung diwajibkan untuk melakukan upacara adat terlebih dahulu, masyarakat kenikeh sangat menjaga warisan leluhur terdahulu sehingga kearifal lokal yang ada masi terjaga. Pada umumnya masyarakat kenikeh telah memeluk agama Kristen protestan namun mereka masih tetap mempercayai hal-hal takhayul atau yang bersifat gaib.  Begitu banyak acara adat yang ada namun acara tersebut dilakukan pada hari tertentu saja misalanya pada akhir tahun dimana upacara adat ini sangat meriah dan mengundang tamu dari luar, tentunya upacara adat yang dilakukan telah melebur dengan agama yang mereka anut saat ini, tapi tetap kemurniannya masi terjaga.
Mata pencaharian masyarakat kenikeh yaitu berburu, bercocok tanam dan bertani. Hewan yang diburu adalah rusa, ketika mendaki gunung binaiya akan banyak kita jumpai kotoran rusa, hal ini menandai bahwa peyebaran rusa sangat banyak di daerah ini sehingga memudahkan para warga untuk berburu. Biasanya mereka hanya menggunakan jerat atau perangkap yang dipasang di hutan untuk menangkap rusa, karena medan yang begitu terjal da terbuka sehingga agak sulit untuk menggunakan tombak, walaupun demikian ada sebagian kecil juga yang menggunakan tombak tapi di bawah daerah yang datar.  Jika ada buruan yang didapat akan dibagi rata dengan pemburu lainnya sehingga dalam membawanya ke desa menjadi enteng. Dari hasil buruan ini mereka membuat dende yang kemudian mereka bawa ke pantai untuk dijual. Dalam proses pembuatandende ini hampir sama dengan pembuatan ikan asing, daging yang dikeringkan kemudian di beri garam. Hasil buruan inilah yang menjadi penghasilan utama masyarakat kenikeh ini. Dalam bercocok tanam hasilnya hanya untuk kebutuhan pagan sehari-hari, umumnya mereka menanam ubi kayu, patatas (ubi jalar), sagu dll. Dalam hal bertani sebagian masyarakat turun ke gunung dan bertani namun jaraknya sangat jauh dari desa, sehingga hanya sebagian kecil yang menjadi petani.
Di desa kenikeh telah berdiri bagunan  sekolah dasar yang telah ada sejak tahun 1961 menurut Estepanus Hilimau yang merupakan kepalah Sekolah di desa ini. YPPK Kenikeh adalah nama sekolah di desa ini, jumlah guru yang mengajar berjumlah empat orang saja dengan jumlah murid yang sangat sedikit, tahun 2011 ini saja hanya empat orang murid saja yang akan mengikuti Ujian Nasional nantinya, menurut Andi Masauna salah seorang guru yang mengajar di SD YPPK Kenikeh. Bentuk bagunan sekolah yang sederhana dengan fasilitas yang sangat minim sekali, untuk keperluan mengajar saja misalanya membeli kapur atau buku, para guru harus turun ke pantai dengan menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer dengan berjalan kaki, namun hal tersebut bukan menjadi halangan bagi para guru untuk tetap mengajar begitupun sebaliknya para murid tetap antusias untuk tetap mendapatkan pendidikan. Setelah tamat dari sekolah ini ada sebagian kecil saja yang melanjutkan pendidikannya di kota tapi sebagian besarnya menetap dan bekerja mengikuti orang tua mereka masing-masing. Tidak bisa dipungkiri bahwa semangat untuk belajar yang dimiliki oleh warga desa ini utamanya generasi muda sangatlah besar namun mereka memiliki keterbatasan karena bantuan dari pemerintah setempat yang hampir tidak ada. Mungkin karena daerah pedalaman yang memiliki jarak yang jauh serta medan yang sulit untuk dilalui sehingga desa ini seakan-akan diabaikan oleh pemerintah, tapi hal ini bukan menjadi alasan karena setiap warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dimanapun mereka berada. Sangat disayangkan jika pemerintah setempat tidak memberikan sumbangsi yang besar terhadap desa ini, karena sekolah ini memiliki murid-murid dengan potensi yang bagus.
            Untuk menuju ke desa kenikeh memang agak sulit karena jalur yang dilewati memiliki medan yang sangat melelahkan, bukan hanya jarak yang sangat jauh melainkan juga harus melalui banyak medan berlumpur dan harus ada sungai yang harus disusuri belum lagi sungai besar yang akan disebrangi. Pendakian ataupun tanjakan yang lumayan menguras energi, merupakan medan yang akan sering juga dijumpai, sehingga banyak memerlukan waktu untuk beristrihat. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju desa Kenikeh dari halte Huaulu yang merupakan jalur transportasi terakhir membutuhkan dua hari perjalanan, memang sangat wajar jika memerlukan waktu dua hari melihat medan yang begitu sulitnya untuk dilalui. Menurut kepala adat desa Kenikeh mereka tidak mengharapkan bantuan uang ataupun bantuan logistik dari pemerintah tapi yang mereka harapakan adalah akses transportasi dalam hal ini pembuatan jalan sehingga memudahkan mereka jika ingin ke kota untuk membeli keperluan yang mereka butuhkan dan tidak lagi harus berjalan kaki dengan jarak yang sangat jauh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar